Minggu, 02 Desember 2012

PERJUANGAN PALESTINA


Tragedi Kemanusiaan terulang kembali. Masih ingat setahunan yang lalu ketika Obama mau dilantik jadi presiden Amrik. Israel menyerang Gaza dengan sporadis tanpa ‘peduli’ bahwa mereka manusia dan 1000-an rakyat di Gaza meninggal. Nah senin (31/10/2012) kemarin juga terulang kekejian Israel. Di wilayah perariran international, pasukan komando israel menyerang kapal-kapal yang akan menyalurkan bantuan untuk Gaza melalui laut. Akibatnya puluhan syahid dan beberapa luka, korban terdiri dari berbagai warga negara termasuk Indonesia. Sungguh suatu hal yang tidak masuk akal karena kapal-kapal itu sedang mengemban misi kemanusiaan yang berangkat dari Turki. Bukan sebuah alat atau misi perang, tetapi membawa dokter,obat dan bahan pangan untuk Palestina yang dirundung kemalangan diblokade oleh Israel dan sekutunya.
Kutukan atas serangan tersebut berdatangan dari berbagai negara, namun sayangnya Amerika Serikat ternyata mem-veto resolusi PBB atas serangan Israel ke Gaza tersebut. Andaikan tidak vetopun, Israel pasti masih tetap kekeh menyerang. Begitulah negara zionis & teroris. Tidak kenal tata hukum dan aturan.
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.
2000 SM – 1500 SM
Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.

Presiden Mesir

                                                             ANWAR SADAT

Anwar Sadat (25 Disember 1918—6 Oktober 1981) merupakan ahli politik Mesir dan Presiden Mesir ke-3 dari 1970 sehingga 1981. Beliau memulakan tugas sebagai Presiden Mesir dari 15 Oktober 1970 sehingga hari pembunuhan beliau pada 6 Oktober 1981 akibat serangan daripada pegawai tentera yang fundamentalis. Selama 11 tahun memerintah, beliau berjaya mengubah arah tuju Mesir dalam hal ekonomi dan politik dengan mengubah beberapa ideologi Nasserism dengan menubuhkan semula sistem pelbagai parti dan polisi ekonomi Infitah.
Beliau merupakan ahli kanan Pegawai Gerakan Pembebasan, pasukan yang menggulingkan Dinasti Muhammad Ali dalam Revolusi Mesir 1952, dan teman rapat kepada Presiden Gamal Abdel Nasser, dimana beliau menggantikan Nasser sebagai presiden pada 1970. Sebagai presiden, beliau membawa Mesir dalam Perang Yom Kippur pada 1973, untuk mengambil semula tanah yang telah dijajah oleh Israel dalam Perang Enam Hari pada 1967, menjadikan beliau sebagai hero kepada rakyat Mesir, dan mencipta hubungan dingin dengan Dunia Arab. Selepas itu, beliau mengadakan Rundingan Damai Kem David dengan Israel, yang membawa kepada Perjanjian Damai Mesir-Israel. Tindakan beliau itu membawa kepada kemenangan beliau untuk Anugerah Keamanan Nobel dan menyebabkan beliau menjadi tidak pupolar dikalangan negara Arab, penyingkiran Mesir dari Liga Arab dan pembunuhan beliau.

Kehidupan Awal
Anwar Sadat telah dilahirkan pada 25 Disember 1915 di Mit Abu al-Kum, al-Minufiyah, Mesir. Beliau dilahirkan dalam keadaan yang serba kedaifan dan dibesarkan dalam 13 orang abang dan kakak. Bapa beliau berketurunan Nubia Mesir manakala ibunya merupakan Nubia Sudan. Beliau menghabiskan sisa kecilnya bersama neneknya, yang sering bercerita tentang penentangan terhadap penjajahan British melalui gambaran sejarahan awal. Semasa kecil, minat beliau dipengaruhi oleh empat individu:
Pertama, Zahran, yang terlibat dalam insiden, dimana beliau menentang penjajahan British melalui protes petani. Menurut cerita, seorang tentera British telah terbunuh, dan Zahran merupakan orang Mesir pertama dijatuhi hukuman gantung sampai mati. Cerita seperti Balada Si Zahran memperkenalkan Sadat kepada nasionalisme Mesir, nilai yang dibawa sepanjang hidup beliau.
Kedua, Mustapha Kemal Atatürk, iaitu bapa perubahan Turki. Sadat meminati cara beliau membuang pengaruh luar dan melakukan perubahan sosial.
Ketiga, Mahatma Gandhi, atas dasar anti-kekerasan semasa menghadapi ketidakadilan.
Hitler dan Tentera Nazi Jerman, semsa era penjajahan British di Mesir, Sadat terpengaruh dengan stategi ketenteraan beliau yang cepat dalam menentang British.
Beliau tamat pengajian dari Akademi Ketenteraan Diraja di Kaherah pada1938 dan diberi jawatan Signal Corps. Beliau menyertai tentera dengan pangkat leftenan kedua dan ditugaskan ke Sudan (Mesir dan Sudan merupakan satu negara ketika itu) Disana, beliau bertemu Gamal Abdel Nasser, bersama beberapa pegawai bawahan yang membentuk Gerakan Pegawai Pembebasan, yang begitu komited untuk membebaskan Mesir dari cengkaman British dan raja yang korupsi.

Semasa Perang Dunia Kedua, beliau dipenjarakan oleh British atas usaha beliau meraih sokongan daripada Pakatan Paksi dalam menyingkirkan penjajah British. Bersama teman dalam Pergerakan Pegawai Pembebasan, beliau terlibat dalam rampasan kuasa tentera yang membawa kepada Revolusi Mesir 1952 untuk menggulingkan pemerintahan Raja Farouk I pada 23 Julai tahun itu. Sadat diarahkan untuk membuat pengumuman tentang berita revolusi tersebut menerusi siaran radio. Anwar Sadat terbabit dalam rampasan kuasa dalam Revolusi Mesir 1952 yang menggulingkan Raja Farouk I.
Pada 1954 beliau dilantik sebagai Menteri Dalam Negeri. Pada tahun 1969, selepas menjawat banyak jawatan dalam kerajaan Mesir, dia dilantik menjadi timbalan presiden kepada sahabat karibnya Gamal Abdel Nasser. Banyak perkara yang dilakukan oleh Gamal Nasser perlu diperbentulkan demi ekonomi dan politik Mesir. Oleh itu Anwar Sadat melancarkan Revolusi Pembetulandan membuang segala elemen-elemen sahabatnya Gamal Nasser.

Selasa, 20 November 2012

PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK




Pendahuluan

 

Ilmu politik telah mengalami perkembangan yang menarik sebagai sebuah disiplin ilmu. Perkembangan tersebut diwarnai oleh adanya perdebatan di antara para ilmuwan politik yang berbeda pandangan tentang apa yang seharusnya menjadi obyek utama dalam kajian ilmu politik dan bagaimana cara mempelajari obyek studi tersebut. Perdebatan itu semakin hebat semenjak dasawarsa limapuluhan, yaitu setelah sebagian ilmuwan politik menggunakan pendekatan tingkah laku (behavioral approach) untuk mempelajari kehidupan politik.
Perdebatan yang terjadi di dalam disiplin ilmu politik tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan dalam persepsi tentang persyaratan-persyaratan bagi sebuah disiplin ilmu. Ilmuwan politik behavioralis beranggapan bahwa ilmu politik haruslah menggunakan metode-metode keilmuan yang biasa digunakan dalam ilmu-ilmu alam/ eksakta (seperti pengumpulan data empiris, metode penelitian yang ketat, pembentukan teori universal). Sebaliknya ilmuwan politik yang lain (biasa disebut sebagai ilmuwan politik internasional) menganggap bahwa semua itu tidaklah perlu, karena obyek studi ilmu-ilmu alam berbeda dengan dari ilmu-ilmu sosial. Kenyataan itu membawa akibat bahwa metode yang telah terbukti bermanfaat bagi ilmu-ilmu alam belum tentu atau bahkan tidak ada manfaat bagi ilmu-ilmu sosial. Peniruan itu tidak akan membawa kemajuan bagi ilmu politik sebagai sebuah disiplin ilmiah, justru yang terjadi adalah pemborosan waktu.
Perdebatan belum mereda saat para ilmuwan politik dikejutkan oleh munculnya kritik yang keras terhadap pendekatan tingkah laku yang justru muncul dari salah seorang tokoh pendekatan, David Easton. Ilmu behavioralis terlalu asyik dengan model-model analisis (yakni metode-metode keilmuan) sehingga melupakan realita politik dan persoalan-persoalan sosial yang ada. Meskipun ada kritik tersebut, tidaklah berarti bahwa para ilmuwan politik behavioralis meninggalkan semua yang telah mereka hasilkan selama dua dasawarsa (1950-an dan 1960-an). Mereka masih menggunakan model analisis, framework of analysis, kerangka berpikir, atau apapun namanya yang telah mereka hasilkan. Yang berubah adalah munculnya kesadaran tentang perlunya keterkaitan yang jelas antara metode-metode keilmuan yang mereka hasilkan itu dengan peningkatan pemahaman terhadap masalah-masalah politik yang berkembang pesat dalam masyarakat. Kritik terhadap pendekatan behavioralis ini memberi kesempatan bagi munculnya pendekatan alternatif dalam ilmu politik yang bisa disebut dengan nama umum sebagai pendekatan pasca tingkah laku. Pendekatan ini memberikan kritik yang tajam terhadap pendekatan tingkah laku. Kritik tersebut menyangkut hal-hal yang mendasar dari pendekatan tingkah laku, yakni landasan filsafat dan obyek studi. Pluralisme dan depedensi penguasa politik pada rakyat dipertanyakan oleh pendekatan baru tersebut karena adanya bukti-bukti empiris yang ditujukan oleh perkembangan masyarakat. Perkembangan tersebut menuntut adanya perubahan atau pergantian terhadap landasan filsafat baru.
Objek studi ilmu politik menurut pendekatan pasca tingkah laku harus digeser dari tingkah laku aktor-aktor politik ke lembaga politik terpenting di dalam masyarakat yang disebut negara. Fokus pada tingkah laku individu yang diperkenalkan oleh pendekatan pasca tingkah laku telah mengabaikan peranan warga karena adanya anggapan bahwa keinginan dan aspirasi warga masyarakat adalah faktor yang menentukan keinginan dan aspirasi penguasa politik (negara). Pendekatan pasca tingkah laku dalam ilmu politik dapat dikelompokkan menjadi pendekatan kelembagaan, pendekatan perilaku, pendekatan kelompok, pendekatan ekonomi politik, pendekatan sistem dan pendekatan marxisme. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dalam penekanan, ketiganya mempunyai kesamaan yakni fokus pada negara dan peranan yang besar yang dimainkannya dalam politik.
Pendekatan Kelembagaan
Kajian pendekatan kelembagaan atau institusional memfokuskan pada lembaga pemerintah. Kegiatan politik berpusat pada lembaga pemerintah tertentu seperti kongres, kepresidenan, dsb. Kegiatan individu dan kelompok diarahkan kepada lembaga pemerintah dan kebijakan publik secara otoritatif ditentukan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintah.
Hubungan antara kebijakan publik dan lembaga pemerintah sangat erat. Suatu kebijakan tidak menjadi suatu kebijakan publik sebelum kebijakan itu ditetapkan dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintah.
Lembaga pemerintah memberi tiga karakteristik yang berbeda terhadap kebijakan publik. Pertama, pemerintah memberi legitimasi kepada kebijakan-kebijakan. Kebijakan pemerintah dipandang sebagai kewajiban yang sah menunutut loyalitas warganegara. Kedua, kebijakan pemerintah membutuhkan universalitas. Hanya kebijakan pemerintah yang menjangkau dan dapat menghukum secara sah orang-orang yang melanggar kebijakan tersebut. Keunggulan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah bahwa kebijakan tersebut dapat menuntut loyalitas dari semua warga negaranya dan mempunyai kemampuan membuat kebijakan yang mengatur seluruh masyarakat dan memonopoli penggunaan kekuatan secara sah yang mendorong individu-individu dan kelompok-kelompok.
Pendekatan institusionalisme atau kelembagaan mengacu pada negara sebagai fokus kajian utama. Setidaknya, ada dua jenis atau pemisahan institusi negara, yakni negara demokratis yang berada pada titik “pemerintahan yang baik” atau good governance dan negara otoriter yang berada pada titik “pemerintahan yang jelek” atau bad governance dan kemudian berkembang lagi dengan banyak varians yang memiliki sebutan nama yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya jika dikaji secara krusial, struktur pemerintahan dari jenis-jenis institusi negara tersebut tetap akan terbagi lagi menjadi dua yakni masalah antara “baik” dan “buruk” tadi. Bahasan tradisional dalam pendekatan ini menyangkut antara lain sifat undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen dan lain-lain. Dengan kata lain, pendekatan ini mencakup unsur legal maupun institusional.
Setidaknya, ada lima karakteristik atau kajian utama pendekatan ini, yakni:
®   Legalisme (legalism), yang mengkaji aspek hukum, yaitu peranan pemerintah pusat dalam mengatur hukum;
®    Strukturalisme, yakni berfokus pada perangkat kelembagaan utama atau menekankan pentingnya keberadaan struktur dan struktur itu pun dapat menentukan perilaku seseorang;
®   Holistik (holism) yang menekankan pada kajian sistem yang menyeluruh atau holistik alih-alih dalam memeriksa lembaga yang “bersifat” individu seperti legislatif;
®    Sejarah atau historicism yang menekankan pada analisisnya dalam aspek sejarah seperti kehidupan sosial-ekonomi dan kebudayaan;
®    Analisis normatif atau normative analysis yang menekankan analisisnya dalam aspek yang normatif sehingga akan terfokus pada penciptaan good government.
Akan tetapi mengenai kekuasaan dalam praktiknya sangat sukar untuk dilaksanakan dan kurang dapat berkembang. Sekalipun demikian, pandangan untuk memusatkan perhatian pada kekuasaan membuka jalan bagi timbulnya pendekatan lain yang lebih bersifat fungsional, dan pendekatan ini cenderung untuk mendesak konsep kekuasaan dari kedudukan sebagai satu-satunya faktor penentu, sehingga menjadi hanya salah satu dari sekian banyak faktor dalam proses membuat dan melaksanakan keputusan.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku terhadap analisis politik dan sosial berkonsentrasi pada satu pertanyaan tunggal yakni mengapa orang berkelakuan sebagaimana yang mereka lakukan ? yang membedakan pendekatan perilaku dengan dengan pendekatan lain adalah bahwa : (a) perilaku dapat diteliti (observable behaviour) dan (b) penjelasan apapun tentang perilaku tersebut mudah diuji secara empiris.

Perubahan Atau Stagnasi: Telaah Karya Susilo Bambang Yudhoyono Dalam “Menuju Indonesia Baru”


Pendahuluan
Mungkin para pembaca akan bertanya-tanya mengapa penulis mengangkat dan mempunyai nyali yang besar untuk membedah sebuah karya yang bukan sembarangan karena di karang sendiri oleh seorang Presiden yang memimpin Indonesia selama dua periode yakni 2004-2009 dan 2009-2014 yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Penulis sadar bahwa sesungguhnya penulis bukanlah siapa-siapa apalagi mempunyai pendidikan yang mumpuni untuk membedah karya yang cukup “berat” ini tapi penulis ingin menjadi sosok yang lebih berguna karena hidup terlalu sayang untuk di sia-siakan sehingga hidup haruslah pernah melakukan suatu manuver yang “nyeleneh” untuk dinikmati termasuk menelaah karya seorang pemimpin negeri ini.
Seperti diketahui bahwa Indonesia telah berganti presiden selama enam kali diantaranya yaitu Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Abdulrahman Wahid (Gus Dur), Megawati dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Diantara ke semua Presiden tersebut, hanya SBY yang naik ke tampuk kekuasaan (eksekutif) melalui pemilu yang langsung dipilih oleh rakyat (tanpa lobi-lobi partai politik di parlemen seperti pemimpin yang mendahuluinya). Beliau naik pada periode tahun 2004 sebagai Presiden berpasangan dengan Wakilnya Jusuf Kalla yang berasal dari elite GOLKAR (Golongan Karya) dan hal yang mengejutkan bahwa partai yang dipimpinnya dan baru dibentuknya yaitu Partai Demokrat melesat dalam perolehan suara dan bisa mensejajarkan diri dengan partai-partai besar seperti GOLKAR, PDI-P, PPP.
SBY yang kelihatannya santun dan bersahaja namun berasal dari kalangan militer, sehingga rakyat sangat berharap kepadanya untuk merubah Indonesia ke arah yang lebih baik daripada periode sebelumnya apalagi “bayi reformasi” baru dilahirkan oleh para mahasiswa yang sebelumnya menumbangkan kekuasaan orde baru yang dipimpin Soeharto dan pemerintahan transisi hanya berkutat pada lobi-lobi atau deal-deal politik di parlemen sehingga reformasi itu secara keseluruhan baru terjadi pada 2004 ketika untuk pertama kalinya rakyat diberikan hak untuk memilih secara langsung calon presidennya lewat PEMILU yang JURDIL dan mirip seperti pemilu pertama di Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 1955.
Kesadaran Baru: Konsep “Usang” Yang Diadopsi Kembali
Beliau menyorot mengenai adanya “krisis” yang berkepanjangan dimana mendorong pecahnya reformasi pada tahun 1998 untuk menurunkan Soeharto sebagai presiden Indonesia selama 32 tahun. Indonesia yang terkenal dengan politiknya yang stabil dan dinamis yang justru menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi, tiba-tiba mengalami konflik dan perpecahan sosial baik dari agama, suku, ras dan golongan. Sehingga perlunya kesadaran baru ke depan untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik dengan menekankan lima cara yaitu:
  • Berhenti berpikir, berbicara, dan bertindak emosional, namun harus berpikir dan bertindak rasional;
  • Berhenti hanya berorientasi kepada kepentingan perorangan dan golongan semata, namun kembali mengutamakan kepentingan sosial dan nasional;
  • Berhenti hanya berpikir untuk menjebol dan membongkar semata, sebaliknya berpikir untuk mendirikan dan membangunnya kembali;
  • Berhenti berpikir sempit hanya melihat jangka pendek namun hendaknya berpikir secara luas, komprehensif dan untuk jangka panjang;
  • Berhenti bermimpi dan berangan-angan, namun mulai berbuat dan bekerja keras.

Senin, 12 November 2012

GOVERNANCE DAN ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK


SOAL.
1.      Sejarah perkembangan munculnya konsep governance ! Analisislah secara kritis, factor-faktor penyebab munculnya dan berkembangnya konsep governance tersebut? Pihak mana yang diuntungkan dan mana yang dirugikan? Bagaimana dengan implementasi governance tersebut dalam konteks di Indonesia? Apa pendapat Anda tentang Implementasi Konsep governance?
2.      Ambil salah satu contoh kasus kebijakan yang diambil Pemerintah (bisa pusat maupun daerah) Buatlah policy paper terhadap contoh kasus yang anda pilih!
Jawab:
1.    Sejarah perkembangan munculnya konsep governance sebagai turunan dari pelaksanaan demokrasi. Istilah Governance didefinisikan sebagai: ‘act, manner, fact, or function of governing; sway, control’.…“Governance’ berasal dari kata ‘govern’, yang menurut kamus memiliki 8 arti. Definisi yang paling populer adalah: ‘rule with authority, conduct the policy, actions, and affairs (of State, subjects) either despotically or constitutionally; regulate proceedings of (corporation,etc.)’. Governance terkait denga siapa yang memutuskan apa, siapa yang mempengaruhi siapa, bagaimana pengaruh tersebut dilaksanakan dan bagaimana pembuat keputusan melaksanakannya secara akuntabel. Governance juga terkait dengan legitimasi, kewenangan untuk membuat keputusan kepada orang lain dan untuk menanggung resiko.
Governance” atau tata kelola pemerintahan adalah sebuah konsep yang sangat dikembangkan sudah muncul sekitar tahun 1960-an ditandai dengan keyakinan umum bahwa pemerintah mampu mengendalikan, merencanakan, dan mengimplementasikan kebijakan maupun perencanaan publik. Tahun 1970-an muncul adanya keengganan untuk membuat perencanaan public, pada tahun 1980-an, penekanan pada batas dan keterbatasan pemerintah dalam mengatur dan mengendalikan perekonomian karena semakin kompleksnya permasalahan. Dan Tahun 1990-an mencatat era paradigma baru muncul perhatian pada self governance sector publik (Kickert, 1993). Tata kelola pemerintahan berhadapan dengan permasalahan yang bersifat mekanis, yaitu adanya beraneka ragam ketertarikan masyarakat, dan terus meningkat sebagai sebuah proses mekanisme dan proses perancangan untuk mengelola system tersebut untuk memberi wewenang pada masyarakat dan menjamin bahwa masyarakatlah yang mempunyai proses tersebut.
Analisis secara kritis, factor-faktor penyebab muncul dan berkembangnya konsep Governance.
Fokus analisis governance adalah perdebatan mengenai kerterbasan pengendalian oleh pemerintah. Governance terdiri atas, pertama, negara, yang dijabarkan dalam eksekutif, legislatif dan yudikatif serta militer. Kedua, masyarakat sipil, terdiri atas LSM, ormas, media massa, asosiasi berdasarkan profesionalitas, kelompok-kelompok agama dll. Dan ketiga, pasar ekonomi. Ketiga pelaku governance saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Konsep governance sejak tahun 1991 dipromosikan oleh beberapa agensi multilateral dan bilateral seperti JICA, OECD, GTZ (Keban ; 2000, 52). Mereka memberikan tekanan pada beberapa indikator, antara lain : (1) demokrasi, desentralisasi dan peningkatan kemampuan pemerintah; (2) hormat terhadap hak asasi manusia dan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku; (3) partisipasi rakyat; (4) efisiensi, akuntabilitas, transparansi dalam pemerintah dan administrasi publik; (5) pengurangan anggaran militer; dan (6) tata ekonomi yang berorientasi pasar. OECD dan World Bank (LAN; 2000, 6) mensinonimkan governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.
Pihak yang diuntungkan dan yang dirugikan.

Sabtu, 10 November 2012

PENGUKURAN KINERJA (Key Performance Indicator) DOSEN/TENAGA PENGAJAR


1.     PENDAHULUAN

Dosen/Tenaga Pengajar sering dikaitkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Dalam kesehariannya digambarkan melalui lagunya Bang Iwan Fals yang berjudul “Umar Bakri”. Makna yang tersirat dapat digambarkan bahwa kehidupan kesehariannya serba pas (cukup?) secara ekonomi.
Sisi lainnya menunjukkan bahwa tugas yang diemban oleh seorang dosen/tenaga pengajar boleh dibilang sangat berat karena mengemban tugas multi dimensi. Salah satunya adalah mendidik mahasiswa/murid agar dapat diterima sebagai seorang individu dalam lingkungan masyarakat/sosial.. Dari segi regulasi pemerintah di bidang pendidikan mempersyaratkan bahwa seorang dosen harus bergelar minimum Master  (S2/SP1) yang sudah tentu membutuhkan biaya tambahan untuk melakukan studi lanjut. Lebih jauh lagi, adanya pandangan sosial yang lebih menghargai “pengelompokkan kualitas PT” dan mengarahkan penghargaan kualitas dosen/tenaga pengajar ditinjau dari lululsan perguruan tingginya (bergengsi ataupun lulusan sekolah di luar negeri). Kesimpangsiuran akan fungsi, tugas, dan tanggungjawab seorang dosen/tenaga pengajar seringkali terjadi. Semua fihak terkait pendidikan di negeri ini merasa dapat memberikan definisi, walupun terkadang definisi tersebut menyimpang dari skema pendidikan nasional yang jauh-jauh hari telah dirumuskan. Bahkan beberapa definisi telah diciptakan oleh dosen/tenaga pengajar yang bersangkutan, dan tak jarang bertentangan dengan regulasi nasional yang dewasa ini mulai disebarluaskan (skematik pendidikan kita untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2020). Melalui tulisan ini, penulis mencoba memaparkan suatu metodologi pendekatan untuk memberi gambaran bahwa tugas dosen/tenaga pengajar tidak mudah ditinjau dari aktivitas sehari-hari, dan juga tidak susah ditinjau dari pandangan jangka panjang berupa suatu amalan yang akan mengalir secara terus-menerus (dengan suatu persyaratan bahwa ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat). Selain itu, akan dikembangkan suatu pola pikir bahwa dosen/tenaga pengajar merupakan jabatan fungsional yang secara professional harus diukur juga kinerjanya, dan dalam istilah umum dikenal melalui “key performance indicator measuring”. Untuk melakukan hal tersebut maka diperlukan suatu model standard yang berlaku secara global untuk mengukur KPI dosen/tenaga pengajar berdasarkan siklus tertutup pengamalan Tridarma Perguruan Tinggi.
2.     SIKLUS TERTUTUP PENGAMALAN TRIDARMA PERGURUAN TINGGI

Secara garis besar rangkaian aktivitas tridarma perguruan tinggi merupakan siklus tertutup, yang terdiri atasmasukan, pemrosesan, dan luaran, yang ditunjang dengan beberapa prosedur dan beberapa variabel pengendali. Siklus tersebut akan dilalui oleh semua lembaga maupun institusi pendidikan, dan akan berkelanjutan sampai kapanpun. Seiring dengan berubahnya perkembangan jaman maupun cakupan keilmuan, maka diharapkan bahwa siklus tersebut dapat bergulir ke arah perbaikan berkelanjutan (PDCA) untuk  mengantisipasi perubahan yang ada. Beberapa penyesuaian terhadap pola siklus kemungkinan besar harus ditempuh, yang bertujuan untuk mengoreksi atau meluruskan arah yang telah dilakukan berdasarkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Beberapa institusi / lembaga pendidikan perlu menerapkan beberapa standardisasi yang berlaku di bidang pendidikan maupun sistem dokumentasi, semisal: Akreditasi BAN-PT, ISO 9001:2008, SNP, SPMI, dan lain-lainnya. Penerapan tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan / luaran dari pengamalan Tridarma Perguruan Tinggi secara serempak dan seragam.
2.1.      LUARAN/OUTPUT
Penerapan pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi diawali dari luaran yang akan dihasilkan.. Umumnya diawali dengan penetapan visi, misi, tujuan institusi/lembaga pendidikan. Yang kemudian diturunkan ke satuan pendidikan terkecil semisal program studi. Dari sisi penerapan sistem manajemen mutu, penetapan tersebut dapat berupa sasaran mutu, kebijakan mutu, dan beberapa persyaratan prosedur wajib berdasarkan standardisasi yang diterapkan. Beberapa institusi (pelaksana) pendidikan harus berani merumuskan luaran yang diturunkan secara hierarki berdasarkan penerapan siklus tertutup pada pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi. Luaran tersebut diharapkan dapat mempertimbangkan beberapa aspek berikut:
Tujuan pendidikan nasional:
Pendidikan Nasional Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan institusi:
·         Keterserapan lulusan mahasiswa oleh dunia usaha dan industri.
·         Waktu tunggu lulusan untuk mendapatkan pekerjaan
·         Jumlah lulusan yang berhasil membuka lapangan pekerjaan / menjalankan usaha melalui kegiatan wirausaha.
·     Pencapaian kegiatan pembelajaran yang memperhatikan norma Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
·         Penjacapaian jumlah dosen yang melakukan aktivitas penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
·         Dan masih banyak lagi turunan lainnya.

Tujuan pembelajaran
  1. Rata-rata indeks prestasi mahasiswa yang memenuhi tuntutan secara global.
  2. Ketercapaian kompetensi mahasiswa yang sesuai dengan tuntutan pengguna jasa lulusan.
  3. Kesesuaian materi pembelajaran, setiap dosen melakukan proses pengajaran sesuai dengan kurikulum dan silabus pembelajaran yang dituangkan dalam perangkat rencana pengajaran.
  4. Terpenuhinya jumlah jam pembelajaran aktual yang sesuai dengan jumlah jam pembelajaran yang direncanakan.
  5. Rekonstruksi materi ajar untuk menyelarasakan dengan beberapa kebutuhan seperti: perkembangan teknologi yang ada di pemakai jasa, rata-rata kemampuan mahasiswa dalam menyerap materi ajar, beberapa masukan yang diperoleh melalui kuesioner ataupun dari pengguna jasa lulusan.
  6. Keberhasilan pelaksanaan bimbingan akademik dan non akademik sebagai wadah untuk memotivator mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  7. Keterkaitan diantara penetapan luaran berdasarkan tujuan pegamalan tridarma perguruan tinggi:

Sabtu, 21 Juli 2012

Ketauhidan


TAUHID (HAKEKAT DAN KEDUDUKANNYA)
 By. Anwar Sadat

Firman Allah Subhanahu wata’ala :
]وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْأِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون[ِ (الذريات:56)

“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah([1]) kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat, 56).
]وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوت[(النحل: من الآية:36)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat (untuk menyerukan) “Beribadalah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut([2]).” (QS. An Nahl, 36).
]وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا[
 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al Isra’, 23-24).
]قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَلاَ تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلاَّ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لاَ نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ[
“Katakanlah (Muhammad) marilah kubacakan apa yang diharamkan kepadamu oleh Tuhanmu, yaitu “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan perbuatan yang keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun dia adalah kerabat(mu). Dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am, 151-153).

Setelah Sahur Jangan Biasakan Langsung Tidur


Di bulan Ramadhan, aktifitas sahur selama sebulan harus kita jalani. Saat sahur, makanan yang masuk ke dalam perut kita otomatis akan terasa penuh. Kita seperti sedang mengisi energi dengan berbagai makanan untuk bekal kita selama berpuasa. Biasanya efek dari rasa kenyang setelah sahur adalah mengantuk. Apalagi kita harus bangun di sepertiga malam untuk makan sahur. Tentu saja rasa kantuk itu masih tertinggal.
Hampir sebagian besar orang memilih tidur setelah sahur. Dengan harapan agar tidak mengantuk saat beraktifitas di pagi harinya. Namun sebaiknya, kebiasaan anda itu harus segera diubah. Karena ternyata tidur setelah makan sahur tidak baik untuk kesehatan anda. Ada baiknya ada mengatur pola tidur anda setelah makan sahur. Karena jeda antara imsak dan sholat Subuh hanya beberapa menit saja. Bila anda memutuskan untuk tidur, bisa dipastikan sholat Subuh anda akan terlambat, atau bahkan terlewat. Apalagi bagi anda yang harus bersiap-siap berangkat kerja setelah Subuh, bila anda tidur walau sebentar, efeknya adalah kepala anda akan terasa pusing dan tubuh justru menjadi lemas setelah bangun tidur.
Rasa kantuk yang sangat berat setelah santap sahur menyebabkan kita tak kuasa menahan rasa ingin tidur, dan kita pun kembali tidur. Saat kita bangun, terkadang kita merasakan perut seperti sebah (kembung). Hal ini disebabkan makanan yang kita makan saat sahur naik kembali atau berbalik arah. Bukan rasa kenyang yang didapat, justru rasa mual dan perut terasa tidak nyaman. Hal tersebut bisa menyebabkan naiknya asam lambung dalam perut.

Jumat, 06 Juli 2012

Dosen Magang Dikti 2012


Laporan  Dosen Magang DIKTI UNDIP 
oleh 
Anwar Sadat

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Perguruan Tinggi memiliki peran yang sangat besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan daya saing bangsa, oleh karena itu Perguruan Tinggi (PT) harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Salah satu SDM yang berperan penting dalam PT adalah dosen. Dosen adalah salah satu kompenen esensial dalam suatu sistem pendidik di perguruan tinggi, peran dan tugas dan tanggung jawab dosen sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia Indonesia,meliputi iman/takwa,akhlak mulia dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk mewujudkan masyarakat indonesia yang maju adil makmur dan beradab. Selain itu seorang dosen diharapkan berkomunikasi baik, dapat memanfaatkan teknologi dan informasi (ICT), memiliki networking yang luas serta peka terhadap perkembangan dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melaksanakan fungsi peran dan kedudukan yang sangat strategis tersebut diperlukan dosen yang profesional.
     Berdasarkan pengalaman,dan fakta yang banyak terjadi di lapangan dosen dengan kualifikasi tersebut sangat minim,pada umunya hanya terdapat di Perguruan Tinggi Negeri yang besar di Indonesia yang sesuai dengan kualifikasi tersebut. Banyak dosen yang sudah diangkat menjadi dosen namun strata pendidikan masih belum sesuai dengan bidang ilmunya dan masih strata1 (S1) yang masih sangat minim pengetahuan,keterampilan dan pengalaman kerja, oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas dosen dalam etos kerja untuk menjalankan tugasnya sebagai dosen sangat diperlukan suatu perubahan dan upaya nyata. Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) mengadakan upaya nyata yaitu program dosen magang.
.  Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), memperluas kesempatan kepada semua perguruan tinggi yang merasa memerlukan adanya program magang bagi para dosen Juniornya, baik Perguruan Tinggi Pemerintah (PTP) maupun Perguruan Tinggi Mandiri (PTM), termasuk PTP yang baru saja disahkan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia No : 25 dan 65 Tahun 2010.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui program Magang, memberi kesempatan luas bagi dosen-dosen junior baik yang berasal dari PTN (Perguruan Tinggi Negeri) maupun PTS (Perguruan Tinggi Swasta) untuk mendapatkan bimbingan dari dosen-dosen senior di Perguruan Tinggi yang sudah dikategorikan sebagai Perguruan Tinggi maju, dan salah satu Perguruan Tinggi yang diberikan kepercayaan oleh DIKTI untuk melaksanakan bimbingan tersebut kepada dosen-dosen junior adalah Universitas Diponegoro. Program magang ini diharapkan dapat menekan disparitas kualitas baik antara dosen junior-senior maupun antara Perguruan Tinggi maju dan sedang berkembang, serta dapat terjalinnya networking antara dosen senior dan junior.

Desa Wisata


http://www.4shared.com/office/_V01r3cD/MENGENAL_DESA_WISATA.html

OLEH; ANWAR SADAT

Manajemen Keuangan Publik


Tugas Manajemen Kuangan Publik
By. Anwar Sadat

1.      Konsep Good Government Govenance untuk Organisasi Sektor Publik.

Istilah “Governance” menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan batasan definitif di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian governance adalah suatu proses interaksi yang setara, selaras, dan seimbang antara domain di dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, politik, dan administrasi. Konsekuensi interaksi antar domain ini  menyebabkan bergesernya pola pelayanan sektor publik ke sektor swasta yang sering disebut privatisasi atau swastanisasi. Konsep good governance sejak tahun 1991 dipromosikan oleh beberapa agensi multilateral dan bilateral seperti JICA, OECD, GTZ (Keban ; 2000, 52). Mereka memberikan tekanan pada beberapa indikator, antara lain : (1) demokrasi, desentralisasi dan peningkatan kemampuan pemerintah; (2) hormat terhadap hak asasi manusia dan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku; (3) partisipasi rakyat; (4) efisiensi, akuntabilitas, transparansi dalam pemerintah dan administrasi publik; (5) pengurangan anggaran militer; dan (6) tata ekonomi yang berorientasi pasar. OECD dan World Bank (LAN; 2000, 6) mensinonimkan good governance dengan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

Jumat, 08 Juni 2012

Governance Ethics



MAKALAH
GOVERNANCE ETHICS
OLEH :
ANWAR SADAT
20111040020

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Korupsi merupakan masalah besar yang dihadapi oleh sebagian besar negara di dunia. Kasus korupsi melanda berbagai negara bagai endemik yang sulit diberantas bahkan dalam pola reaksi kedua yaitu pembenaran, Klitgaard mengatakan bahwa kebanyakan ilmuwan sosial mengatakan bahwa kita tidak boleh berbicara terlampau banyak tentang korupsi atau, apabila kita mendiskusikannya, tidak boleh mengutuknya. Dalih untuk tidak menangani korupsi menganggap bahwa suatu suap, suatu ongkos untuk pelayanan, suatu pemberian secara analitis dikatakan sama saja (Mauss, 1967).
Korupsi, misalnya yang berbentuk penyalahgunaan uang negara , yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan tertentu dengan berbagai macam dalih misalnya studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya akan mengganggu proses pembangunan akibat kesalahan alokasi anggaran dan defisit anggaran akibat korupsi. Bahrin mencoba menganalisis hubungan antara kualitas pribadi dengan akibat dari korupsi dalam sebuah pohon analisis sebagai berikut (Bahrin, 2004):
Skema pemetaan masalah oleh Bahrin tersebut di atas menggambrakn betapa korupsi memiliki implikasi yang luas. Selo Soemardjan dalam pengantar buku Robert Klitgaard menyebutkan bahwa korupsi menyebabkan high cost economy yang menaikkan harga produk dan menurunkan daya saing bisnis umum kita (Klitgaard, 2005, hal xiii)

YouTube

Translate

Lencana Facebook

Fans Page Facebook

Video


Download video clip Cakra Khan Harus Terpisah